Sejauh mata memandang, yang aku lihat hanyalah sebuah jalan berbelok, berlubang dan tak ada ujungnya. Sejauh itu juga, yang aku sadari bahwa masih ada sebuah cerita lagi yang harus di ukir. Aku berjalan dalam sebuah kehampaan, dengan ratap tangis aku berjalan tertatih, tanpa mau melihat kebelakang. Terlarut dalam kesedihan yang tiada habisnya. Aku bersikap tegar, namun rapuh ketika berjalan. Tak kusangka sudah separuh jalan aku lalui, tak kusangka juga sudah banyak cacian, dosa, dan perbuatan jahat yang aku terima dan aku lakukan. Sungguh begitu keji aku hidup di dunia yang mungkin bagi setiap orang adalah ruang kosong para pendosa. Melihat sebuah tabir kenyataan yang kelam, aku tertunduk dengan rasa malu yang menghampiri.
Berapa lama lagi ya Engkau yang berkuasa di atas sana, melihat aku terdampar dalam pantai dosa yang tidak aku ketahui ini? Berapa lama lagi ya Engkau yang menciptakan pendosa seperti aku ini? Aku tahu ya Engkau yang berkuasa di atas sana, melihat kebawah dan mencibir sambil tertawa. Melihat aku yang lemah ini, berjalan tanpa siapapun di kanan, dan di kiri. Aku terus berjalan, tidak menghiraukan siapapun yang.
Aku terlalu jauh, meratapi kesedihan yang tidak akan pernah ada habisnya. Aku terlau jauh, berjalan dalam lembah yang gelap. Seperti tidak ada udara di sini! Hampa rasanya!
Melihat itu, apa Engkau senang? Apa Engkau bahagia? Wahai Engkau yang ada di atas sana, ulurkan sedikit rahmat mu di atas hamba-Mu ini yang tidak sepenuhnya sempurna. Aku seperti pasir, yang siap di tiup dan di terpa angin, terbawa oleh angin dosa yang entah kemana akan berhentinya!
Dadaku sakit, aku tidak mampu lagi untuk berjalan. Aku sangat lemah, penyeselan memberatkan langkahku. Jiwaku seperti di tarik di setiap detiknya, terasa benar hayatku keluar dari raga ini. Alunan suara setan, menghampiriku dan menarik separuh jiwaku untuk di jual kepada sang Raja Kegelapan. Namun ada sebuah tekad, bahwa aku harus melawan rasa sakit yang luar biasa.
Jadi ini masa depanku? Masa depan yang tidak pernah bisa aku harapkan? Masa depan yang mungkin tidak dapat di terima dengan akal sehat? Aku tidak mau lagi kembali di jalan itu. Segera aku berpaling dan berlari. Tidak akan lagi aku meratapi yang sudah-sudah, yang berlalu sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Aku terus berlari menahan sesak, perih, dan tangisku. Dalam tangisku, aku bersukacita bahwa maut sudah dekat, dan sesungguhnya pada masanya kita akan kembali padaNya.
Aku tersandung, oleh sebuah isyarat yang di berikan padaku. Sang Pencipta berteriak padaku "KEMARI KAU, DAN KITA SUDAHI INI" Aku berdiri, dan aku menghampiri suara Sang Pencipta itu. Seketika itu juga aku terdiam, tanpa bisa bergerak. Aku terpaku, yang aku lihat adalah sebuah kegelapan yang amat sangat gelap. Aku tidak bisa melihat apapun. Namun aku mendengar sebuah suara yang samar-samar sambil berkata "Selamat datang nak. Selamat datang di tempat terkutuk ini" Gelap yang ku rasakan, seakan berubah menjadi merah. Iya merah darah, dan aku melihat segerombolan orang yang pernah menyakitiku di ikat dan di rantai, di cambuk dan di siksa. Tiba-tiba muncul seorang malaikat putih bercahaya, dan malaikat itu berkata "Ikutlah aku, sebab tempatmu bukan disini". Sesudah itu malaikat itu mengangkat tongkatnya dan menghantam kepalaku.
Aku tersadar aku terbangun di sebuah tempat yang di sebut Rumah Sakit, dikelilingi oleh orang-orang yang aku sayangi, tapi semuanya menjadi kabur tidak kelihatan dan kemudian menghilang. Aku sadar bahwa itu sudah berlalu karena memang cuma aku, dan hanya aku sendiri tanpa siapapun. Aku melihat sebuah pisau, dan aku mengakhiri semuanya....
Selamat malam dunia.
Pada sesungguhnya manusia punya titik dimana memang harus berhenti berjalan, bukan karena putus asa melainkan memang sudah lelah dan tidak mampu lagi. (: